Kamis, 25 Juni 2015

Feeling The Ride With Arian13

Arian13 adalah salah satu dari sejumlah orang di negeri ini yang menonton konser reuni Ride. Singgah di London untuk sebuah festival Metal, vokalis Seringai ini rela beli tiket mahal untuk konser Andy Bell cs.

Ride di Roundhouse
Ironinya mewawancarai orang-orang yang sudah nonton konser band-band shoegaze lawas, adalah ketika elo nggak nonton ha ha ha Ngiri adalah manusiawi, asal tidak dengki. Begitulah ketika saya putuskan meminta Arian13 untuk berbagi cerita tentang konser Ride yang berhasil ia tonton di London.

Arian13 telah dikenal penikmat musik shoegaze. Bagi yang punya kaset kompilasi shoegaze lokal Holy Noise bakal paham jika membaca liner notes yang ditulisnya. Setelah sukses nonton Slowdive, MBV (gue tebak aja sih, tapi pasti udah nonton hahaha), dan akhirnya Ride, pemilik moto #HidupAdalahKonser ini punya kesan tersendiri tentang konser reunian band shoegaze lawas asal Oxford ini.

Silahkan dinikmati!


1. Ceritaain dong awal mula lo berniat nonton Ride yang sekarang sedang tur reunian.
Justru awalnya gue nggak tahu ada konser reuni Ride ini di London, tahunya mereka akan reuni di Primavera Festival di Barcelona, Spanyol. Gue ada jadwal menonton Swans dan Temples Festival di UK, dan ternya ta ketika sedang membeli tiket konser Swans, di venue yang sama ada konser reuni Ride. Excited, tapi pas dicek ternyata tiketnya sudah sold out. Ketika sudah di London, teman kami memberi tahu kalau ada beberapa tiket yang masih available tapi sedikit lebih mahal, dan akhirnya kami beli saja. Dan ternyata di Roundhouse mereka masih menyediakan tiket untuk mereka yang tidak bisa order online walaupun harganya juga lebih mahal daripada harga tiket yang kami beli. Ya akhirnya malam itu kami berhasil menonton Ride.
2. Berapa harga tiket Ride-nya?

Harga tiket yang gue dapat itu 27 pounds, harga aslinya 25 pounds. Harga di venue pas hari H, 30 pounds.

3. Sempat beli merchandise nya Ride gak di lokasi konser?

Iya, beli, tour edition.
 
4. Sejak kapan lo suka Ride, dan apa yang bikin lo suka, secara lo dikenal sebagai penikmat musik keras.

Dari era '90an gue memang sudah mendengarkan musik-musik seperti ini. Indie pop, twee pop, shoegaze dan lainnya selain metal dan punk. Suka musiknya, biasa saja sama fashionnya. Pada dasarnya memang gue suka berbagai musik hanya saja kalau passion gue memang musik metal dan punk rock. Ketika lo mendengarkan Slowdive, Lush, My Bloody Valentine begitu kan pasti akhirnya terkait juga dengan Ride. Dulu pertama dengerin ya album Nowhere, awalnya suka memang dari hitsnya, "Vapour Trail" dan "In A Different Place". Dapet CDnya, tapi nggak ingat dulu beli atau dapat dari mana/siapa.

5. Kesan lo saat nonton live Ride, kayak apa sih? Seberapa epic mereka manggung di depan mata lo.

Malam itu mereka tight sih, tidak seperti band yang sudah lama tidak manggung. Setlist-nya ok, walau ada beberapa lagu yang gue berharap dibawakan tapi ternyata nggak. Durasinya sekitar 1.5 jam, standar lah. Tapi kalau boleh gue bandingkan, kerenan konser Slowdive di Singapura tahun lalu, terutama soundnya. Atau mungkin karena memang gue lebih suka sama Slowdive kali ya. Haha.

6. Penampilan mereka kayaknya rada kalem yah (secara sudah berumur juga sih), bagaimana dengan tingkat kebisingan mereka?

Mereka nggak terlalu bising, kecuali bagian noise-nya sih. Maksudnya, sound systemnya besar dan kencang, tapi bukan kayak bising seperti konser My Bloody Valentine atau Sunn O))). Kalau mereka kalem, bukannya dari dulu live mereka memang kalem ya?
Yang seru itu pas nunggu mereka on stage di teras luar atas di Roundhouse, nampaknya banyak scenester-scenester indie pop London yang reuni, udah pada tua-tua gitu. Nggak kayak konser-konser metal, para old school-nya ini nggak banyak yang pakai tshirt band. Ada sih beberapa yang masih pakai tshirt band atau berdandan cutting edge, tapi nggak banyak. Dan surprisingly nggak banyak anak muda atau juga hipster yang menonton konser reuni Ride. Mungkin mereka hanya muncul di festival-festival musik, sementara kalau waktu itu memang die hard fans-nya Ride saja yang datang.
7. Penuh gak yang nonton konser Ride?

Roundhouse venue besar, dan penuh dan tidak sesak. Sepertinya tidak sold out tiketnya, tapi ya itu, penuh.


8. Kira2 band macam Ride atau Slowdive bisa dibawa gak yah sama promotor lokal hahaha

Kalau event festival gue rasa bisa. Tapi kalau die hard fansnya yang beli tiket hanya 1000-1500 orang.. bad business.
 

9. Moto lo, #HidupAdalahKonser. Ceritain dong soal Hidup Adalah Konser. Sejak kapan lo menjalani 'umroh' ini, konser pertama lo apa, lalu setiap tahun apa lo ada target harus nonton konser?

Sejak gue nonton konser Slayer formasi original di Singapura tahun 2006 nampaknya. Sejak itu sering menyisihkan uang buat nonton konser di luar. Kalau target, mungkin mulai sejak tahun lalu ketika melihat headliners awal Temples Festival dan Hellfest. Akhirnya memberanikan diri berangkat walau hanya sendirian. Tahun depan sih kalau berhasil menabung lagi ingin datang ke Maryland Death Fest di USA. Kalau 'hidup adalah konser' itu lebih ke ungkapan gue untuk mereka yang mengejar passion-nya menonton musik live keluar negeri, mereka yang memang niat banget mengejar menonton band-band favoritnya yang rasanya punya kemungkinan kecil untuk main di Indonesia atau Asia Tenggara.

10. Di sosmed lo sering banget tiba-tiba di luar negeri nonton konser. Kasih dong tips dan trik buat kita-kita (tsah!) bisa merasakan serunya nonton konser di luar negeri hahaha

Tips pertama: rajinlah menabung! Haha. Nggak ada trik sih, kalau sekalian liputan juga rasanya media musik lokal nggak banyak ngasih kemudahan kecuali band/musisinya mainstream. Ya kalau gue sih, nonton konser ke luar itu sekalian traveling. Jarang gue traveling keluar kalau nggak sekalian nonton konser. Memang enaknya sih sekalian pas summer, karena banyak festival kan. Kalau akomodasi bisa diakali sih akan lebih enak dan irit ya. Gue karena nggak mau rugi, akhirnya banyak ke museum juga, apalagi rata-rata gratis kan.

11. Dari berbagai band shoegaze yang reunian, band apa yang menurut lo paling bersyukur telah nontonin, atau berharap bisa reunian?
Slowdive, tentu saja.

Minggu, 07 Juni 2015

Themilo - Serbuk Terbang Telah Sirna

Single terbaru Themilo bakal membuat para pendengar setianya untuk mengernyitkan dahi. Judulnya Serbuk Terbang Telah Sirna, yang baru rilis 6 Juni kemarin.





Perubahan akan terjadi dimanapun, kapanpun, dan pada siapapun. Termasuk Themilo yang kini usianya sudah lebih dari 1 dekade, telah melewati banyak momen kacau seperti saat master album Photograph hilang dari komputer dan memaksa mereka selama 7 tahun kehilangan mood untuk merilis apapun. Kemudian album tersebut rilis, dan momen bahagia ketika rilisan vinyl dan cd Let Me Begin bisa terwujud dengan selamat.

Kebutuhan untuk penyegaran dilakukan oleh Themilo. Serbuk Terbang Telah Sirna adalah perubahan tersebut. Perubahan corak musik yang bakal bikin kaget pendengar die hard Themilo. Lagu ini lebih upbeat, indie 90s, dua hal yang tak ditemui di album Photograph, bahkan di album Let Me Begin. Layer noise ala shoegaze dreampop mulai tak kentara, dan setiap instrumen bisa lebih muncul. Namun sonic landscape tetap membaluti lagu melalui kibor Unyil.

Bagi yang sudah membeli single lagu ini via online atau pada saat Themilo manggung tanggal 6 Juni kemarin tentu membutuhkan waktu untuk mencerna, tetapi bagi saya, lagu ini tetap keren dan patut dinikmati. Lirik Ajie yang mungkin lebih kaya makna dan arti, membuat saya yakin kalau perubahan musik Themilo tak ada yang perlu disesali. Lebih mature, istilahnya.

Bicara perubahan, saya jadi ingat ketika Ride melakukan perubahan musik di album Carnival of Light. Ketika itu para fans mereka syok, meski mendapat review yang lumayan oke, tetapi proses transisi yang tak mulus oleh band, justru menjadi blunder. Apakah Themilo bisa melakukan transisi yang nyaman? Hanya mereka yang bisa menemukan jawabannya. Merilis satu single ini secara online bisa dibilang cara yang baik untuk proses tersebut.

Akhir kata, saya sarankan untuk menikmati perubahan Themilo dengan pikiran terbuka, karena setiap hal butuh perubahan yang menyegarkan. Dan mereka bisa membuktikannya dengan baik dan apik.

--------------------------------

Dapatkan single Serbuk Terbang Telah Sirna IDR 10.000 dengan mengontak mereka di twitter atau di situs mereka >>>> http://themiloband.com/


Jumat, 05 Juni 2015

The Colour Mellow - Who We Had Become EP

Satu lagi band shoegaze Jakarta yang ngumpet tak terendus, The Colour Mellow, mengusik kanal Soundcloud. Sebuah proyek solo yang liar dan swirling as fuck.



Damn. Saya pikir sudah mentok riset untuk menampilkan band-band shoegaze di sini, sampai akhirnya tak sengaja iseng ketik 'shoegaze jakarta' di gugel, dan di halaman ketiga, muncul nama band The Colour Mellow.

Saya klik, meski akan paham mungkin saja ini band bohongan, karena banyak band-band mengaku shoegaze di info genre, tetapi malah pop abis. Hahaha sering tuh kecele nemu band semacam itu, namun band yang ini tidak! Musiknya shoegazing dan kentara sekali penganut mahzab Kevin Shields.

Page soundcloud The Colour Mellow bener-bener mind blowing, trek2nya bagus, dan ternyata sudah merilis 2 EP. Asli saya kok bisa sampai ketinggalan info soal band ini. Dan ternyata Ash Ababil, ahli sound mastering album Vague dan kompilasi Holy Noise, menjadi koki masteringnya.

Singkat cerita, saya bisa korek informasi, bahwa band ini sejatinya adalah proyek solo anak muda bernama Marvin Saliechan. Ia juga dibantu oleh Garbanu P. (drum) dan Dylan Amirio (synth). Rilisan The Colour Mellow terdiri 2 EP. Oleh sebuah netlabel jepang (kiiro records), EP terakhir mereka 'Who We Had Become' semacam alternative/slowcore dengan nuansa shoegaze.

Tak sabar untuk melihat penampilan The Colour Mellow. Dan sedikit kesal, saya telat sekali mengetahui keberadaan band ini. Dan seharusnya kalau saya tahu, akan saya masukkan di kompilasi Holy Noise yang lalu. Damn it!

-------------------------------------------------------

Berikut link unduh EP Who We Had Become!

https://kiirorecords2.bandcamp.com/album/who-we-had-become

Kamis, 04 Juni 2015

Reissued Themilo

Satu bulan lebih Records Store Day berlalu, Themilo merilis ulang Let Me Begin dalam bentuk vinyl dan cd. 



Bersyukurlah bagi yang telah memiliki vinyl Let Me Begin Themilo, dan juga CD-nya. Meski diwarnai telat jadwal rilis, namun si label perilis, Majemuk Records, bisa mewujudkan impian memiliki rilisan album perdana band shoegaze Bandung ini dalam bentuk berbeda selain kaset.

Saya sendiri alhamdulilah sudah dapat edisi vinyl dan cd. Plus tandatangan formasi awal di album tersebut, khususnya tandatangan Coro, si drummer yang dulu sempat menjadi personil Cherry Bombshell.

Menurut saya, seperti di artikel sebelumnya, album ini adalah album terbaik dari Themilo, bahkan dibanding dengan album Photograph. Kontur musik Themilo jauh lebih berwarna dan hidup, kita bisa dapatkan sisi fuzzy dan juga dreamy di album tersebut.  Rilisan berbeda dari album ini adalah hal terbaik bagi penggemarnya, seperti halnya ketika The Upstairs me-vinyl-kan album Matraman.

Rilisan ini memang tak sempurna seperti harapan dalam perjalanannya. Sempat diwarnai molornya jadwal rilis untuk vinyl, lalu juga kesalahan penempatan trek, dan juga kurang bagusnya kualitas audio di cd maupun di vinyl. Beberapa teman saya mengkritik soal kualitas audio yang terkesan 'mendem'.

Entah apa yang menjadi masalah sebenarnya, apakah dari kualitas masternya ataukah ada kesalahan dalam mastering dan mixing untuk dijadikan vinyl dan cd. Ekspetasi awal akhirnya harus menyesuaikan apa yang disajikan oleh rilisan tersebut.

Saya mencoba berpikir positif saja, apapun itu, rilisan berbeda Themilo ini tidaklah mengecewakan amat. Bahkan jika dibandingkan dengan rilisan vinyl Seringai dimana banyak juga yang kecewa dengan kualitas soundnya. Let Me Begin versi vinyl dan cd masih dianggap lebih baik. Itu juga kata teman saya.

Overall, rilisan terbaru Let Me Begin plus 4 trek lagu unreleased, menjadi rilisan yang penting untuk dimiliki. Penting karena menjadi awal musik shoegaze di negeri ini. Segeralah membeli rilisan ini, sebelum nanti para penimbun akan membuat mahal dan kamu akan kecewa.