Selasa, 31 Desember 2013

Gazing on Indonesia's Shoegaze Albums in 2013

Tak begitu banyak terendus dan terlihat di tahun 2013. Namun di paruh kedua tahun tersebut, beberapa rilisan memikat hadir sebagai penutup tahun yang manis.

Jujur, tak sadar sudah tiga tahun blog ini. Dibanding tahun pertama masih rajin-rajinnya posting band-band shoegaze lokal yang terserak di belantara maya, di tahun 2013 ini saya rada tidak rajin lagi disebabkan satu dan lain hal. Bahkan gagal nulis review satu album dari band bagus, dan rasanya bikin saya nelangsa karena kemalasan ini sungguh mengganggu.

Meski begitu, artikel refleksi album-album shoegaze 2013 ini bisa menjadi saat yang baik untuk mulai menulis lagi. Yah setidaknya bisa merangkum beberapa hal yang sepertinya menarik dan penting untuk dibagi ke siapapun yang punya waktu untuk membacanya. 

Tahun 2013, bisa disebut sebagai tahun dengan kejutan-kejutan yang menyenangkan. Sebut saja, album yang paling ditunggu-tunggu dari My Bloody Valentine - MBV, lalu Neil Halstead bikin statement untuk kemungkinan reuni Slowdive. Band-band lawas lain pun juga sama, Swervedriver dengan single Deep Wound via 7' vinyl dan terakhir album terbaru Kitchen of Distinction.

Ramai yah. Di skena lokal, menurut saya cukup riuh. Ada yang merilis vinyl, ada pula yang dikenal sebagai gitaris sejuta band tampaknya sangat produktif di tahun 2013 dengan album perdana dari kedua band lainnya hahaha.. Dan saya memilih beberapa album-album 2013 yang menurut saya bisa menghadirkan tekstur shoegazing dreampop yang lebih fresh, orisinil, seperti band-band di era 90an, tak terkekang oleh gimmick-gimmick tipikal postrock. Dan hasilnya, album-album yang memikat hati. Berikut penampakannya!

Negative Lovers - .58 Loves Me

Single 10' ini begitu druggy, belum ada sepertinya band yang berani di wilayah musik ini. Shoegazy dan nihilistik, seperti yang dilakukan para dedengkot seperti Spectrum, Spacemen 3, ataupun Loop. 
Whistler Post - S/T

Album perdana dari band seminal shoegaze yang telah ditunggu-tunggu sejak era kejayaan Myspace. Pasutri Andi Hans dan Tania sukses merilis album alt-ish seperti band-band 90an macam Velocity GIrl, Lush atau Ivy (era awal).

Seaside - Undone

I have to say, album Undone seperti halnya album Let Me Begin-nya Themilo. Dan band ini (mungkin akan banyak yang tak setuju, tapi ini pendapat saya), adalah proyek band terbaik yang pernah dilakoni Andi Hans. ...good heaven, those intimates and sweetness in all songs. Beautifully dreamy and blissful.

Minggu, 15 Desember 2013

Seaside - Undone

Seaside yang hampir terkubur oleh waktu, merilis sebuah album dreampop shoegazing yang begitu intim dan manis. Memikat dan sensual.

Ketika lirik berkelindan dengan tekstur musik, sebuah lagu bisa memberikan impresi yang personal bagi pendengarnya. Hal ini tentu bukan soal mudah dan butuh pertalian kimiawi antara si pembuat lirik dan musiknya. Seperti Morrissey dan Marr, Squire dan Brown, atau Guthrie dan Fraser.

Ketika mendengar materi album Seaside, bertitel Undone, saya melihat betapa urusan meramu musik dan lirik terangkai indah oleh band ini. Kepiawaian Andi Hans dalam meracik kontur musik Seaside dan Stacy dengan lirik puitis berbahasa Inggris yang intimate and passionate. Dengar saja lagu-lagu seperti Blue Star dimana Stacy seperti bermonolog lalu berdialog dengan intim bersama Hans bersama tekstur musik lagu yang temaram.

Seaside - Undone

Jujur, saya betul-betul jatuh hati dengan band ini. Dan akan banyak puja-puji yang akan terlontar dan mungkin akan membuat orang senewen dan jengah. Sebelas materi album Undone begitu tight dan tertata dengan rapi. Hans dengan pengalaman sederetan resume terlibat banyak band, membuktikan betapa bagusnya gitaris satu anak ini. Racikan layer per layer, isian dan lick-lick dari gitarnya tampak sempurna.

Sebut saja single utama Seaside, Giggle and Blush yang manis dengan lirik yang oleh si sutradara videoklip lagu ini dianggap menyimpan kesan sensual.  Lagu Undone, adalah materi dimana saya bisa menemukan kesan kentara dari band-band dari gitaris seperti Robin Guthrie, Neil Halstead, dan Kevin Shields. Plus vokal tipis dan lirik Stacy dari setiap lagu, bagi saya, seorang pelirik lagu yang baik.

Seaside: Cassandra, Stacy, Adi, Hans, Aan

Peran para personilnya tentu tak bisa dilupakan, seperti Cassandra (gitar), Adi (bas) dan Aan (drum). Untuk sebuah band yang hampir bubar dan akhirnya bisa hidup lagi gegara Hans dan Stacy tak sengaja bertemu di sebuah mall dan sama-sama mengingatkan bahwa mereka punya urusan yang belum selesai dengan band yang dahulu dikenal dengan nama Carnaby atau Fawnes.

Sampai lagu terakhir, saya tak menemukan ada materi lagu yang lemah. Penataan urutan lagu-lagu sesuai mood terjaga dengan baik, plus ada beberapa lagu yang menyambung dengan lagu lainnya, menarik sekali. Album ini bagi saya adalah album dreampop shoegazing yang penting dan patut didengarkan.

I have to say, album Undone seperti halnya album Let Me Begin-nya Themilo. Dan band ini (mungkin akan banyak yang tak setuju, tapi ini pendapat saya), adalah proyek band terbaik yang pernah dilakoni Andi Hans. Too many words for an album like Undone, good heaven, those intimates and sweetness in all songs. I adore them!

--------------------------
The album can be bought online via www.gogs-store.com and www.anoarecs.com
IDR50.000,-

Kamis, 28 November 2013

Negative Lovers - Hit n Run (New Single)

Satu lagi single terbaru dari Negative Lovers, Hit n Run. Amunisi bising untuk rilisan EP format vinyl 12'.

Setelah sukses merilis EP format vinyl ukuran 10', band Noisepop asal Jakarta ini kembali beraksi dengan single gress berjudul Hit n Run. Lebih nge-beat dari kedua single sebelumnya, dan berisik khas fuzz dan reverb. Keriuhan di lagu ini seperti band-band inspirasi mereka semacam JMC atau Ride. Musiknya selalu menarik dan pantas untuk didengar. Senang melihat band ini kembali merilis sesuatu, apalagi bentuknya plat hitam.


Dengarkan di link ini!
http://pictureinmyearrecords.bandcamp.com/album/hit-run

Jumat, 04 Oktober 2013

Themilo: Let Me Begin into a Vinyl

Sebuah pesan twitter dari akun Themilo mengusik lini masa followernya dengan tweet band ini berencana merilis ulang album pertama Let Me Begin dalam versi CD dan Vinyl. Sesuatu yang memang seharusnya dihadirkan untuk album tersebut.

Themilo ver.01
Jadi begitulah. Tweet tersebut memastikan rencana untuk rilis ulang Let Me Begin ke dalam versi CD dan Vinyl. Sebelumnya memang hanya versi kaset saja yang juga sempat dirilis dalam versi Re-packaged. Kalaupun ada CD-nya, seinget saya berupa versi bajakan Glodok yang kerap kelihatan di kaki lima tenda.

Album pertama band asal Bandung ini sudah seharusnya dihadirkan dalam format Vinyl. Harapan ini juga sudah tercetus dari beberapa pemadat vinyl, salah satunya saya sendiri. Album ini tak hanya layak, tetapi juga penting bagi para peminat musik shoegaze di skena lokal. Ini adalah album shoegaze yang tak hanya yang pertama, tetapi juga colorful dan referensial.

Let Me Begin bagi saya seperti sebuah album yang unik dan keren. Ajie Gergajie dan rekannya seperti hendak test on the water terhadap para calon pendengarnya.  Kaset album ini menghadirkan dua warna dari musik shoegaze di masing-masing sisi kaset. Side A, tampak fuzzy noise seperti Ride, Adorable, ataupun Boo Radleys - lagu Lolita, Lazy, atau Perfect World. Di side B, begitu dreamy seperti Slowdive dan Cocteau Twins - terlihat di lagu Malaikat, Romantic Purple, atau Yin's Evolving yang sangat indah.

Ketika Ajie pernah memberi saya kaset Ripple setelah manggung bersama Cherry Bombshell, di sebuah kampus Cempaka Putih, lebih dari sepuluh tahun lalu, berisikan lagu Sianida, vokal Alexandra, dan membisiki band ini akan merilis album penuh, saya jadi belajar juga soal musik yang diusungnya ini. Let Me Begin menjadi album yang yang saya bilang sebelumnya, referensial.

Dan akhirnya di album Photograph, Themilo lebih dominan nuansa dreamy dan modulasinya, dan hanya lagu Stethoscope kira-kira mewakili kesan fuzzy. Jujur, saya lebih menyukai album pertama mereka ketimbang album Photograph yang sebenarnya album yang apik. Entah kenapa, bagi saya, Let Me Begin tampak begitu rileks dan spontan. Saya suka kehadiran Alvin Yunata di lagu Lazy.

Sempat berpikir sebelum tweet itu muncul, Themilo suatu saat di sebuah acara akan memainkan seluruh lagu dari Let Me Begin, itu akan menjadi momen yang luar biasa. Tentu saya akan stagediving di setiap lagunya, seperti ketika mereka main di Tribute to 90s Shoegaze, lima tahun silam, dimana blog Wastedrockers berucap untuk pertama kalinya ada stagediving di lagu-lagu Themilo, bahkan semacam Malaikat atau Romantic Purple.

Merilis ulang Let Me Begin dalam cakram hitam 12 inch adalah kejutan yang menyenangkan. Entah siapa yang akan merilisnya, semoga terjadi dan dirilis. Tak ada kabar terindah yang bisa saya harapkan selain hal ini, dan tentu para penggemarnya. Sepertinya bisa menjadi kenyataan.

So i'll say, Let Me Begin into a vinyl, what a descent texture for a great noise landscape album.

---

Kamis, 25 Juli 2013

Reuniting the Shoegazing, Now!

Titik akhir dalam perjalanan, bisa menjadi awal baru. Sejumlah band lawas shoegaze era90an menolak mati dan memilih untuk hidup. Demi uang atau nostalgia?

Teman saya berujar, beberapa tahun silam, "shoegaze telah mati". Begitu katanya sembari memamerkan plat-plat hitam shoegazenya yang begitu keren di meja kantor saya. Ucapan itu memang terlontar ketika revivalis shoegazer dan dreampop belumlah ramai seperti sekarang. Bikin saya terdiam, karena mungkin ada benarnya juga.

Yah, musik ini memang hanya berusia pendek, antara akhir 80 dan awal 90an. Kurang menarik secara berita oleh media, akhirnya terhempas gelombang Britpop pertama yang dimulai Suede. Lalu band-band shoegaze pun ada yang tersingkir, ada pula yang sukses beradaptasi seperti Lush dan Boo Radleys.

Belasan tahun kemudian, setelah beberapa band baru tahun 2000an bermunculan dan menjadi semacam revivalis atau meniru formula musik shoegaze 90an yang penuh layer dan bliss. Dan perlahan tapi pasti, semakin banyak band-band baru, dan akhirnya sejumlah band lawas yang mati suri karena terlindas Britpop tiba-tiba memilih untuk bernafas kembali.

Siapa saja? Well, sebut saja Chapterhouse, kalau gak salah lima tahun lalu,  memulai reuni mereka dengan sebuah tur kecil. Kemudian band Swervedriver mengikuti jejak dengan tampil di sebuah klab kecil. Paling gress, adalah MBV, sepertinya sudah sejak empat tahun lalu, dengan rangkaian tur di Eropa, US dan Jepang. Bonus dari mereka, sebuah album baru dengan kover berwarna ungu. Terakhir, rumor soal reuni Slowdive pun sempat menyengat di dunia maya.

Chapterhouse di usia paru baya
Tidak ada salah soal ini. Ketika atensi terhadap musik shoegaze saat ini jauh lebih semarak ketimbang di era 90-an, dan band-band baru mulai banyak yang memakai pakem keriuhan dan kebisingan dari para seniornya (misal Yuck, Tripwires, atau Ringo Deathstarr), adalah saat yang tepat untuk kembali, having fun, dan menemukan penggemar baru yang mungkin seusia anak-anak mereka. Soal duit, itu bonus tentunya.

Yuck setelah ditinggal vokalis Daniel Blumberg
Dan semua akan kembali pada awal 90an. Saya selalu yakin itu. Era dimana orisinalitas, simplisitas, spontanitas, dan lainnya menjadi begitu kasual dan keren. Ketika fabrikasi label-label besar terhadap musik alternatif belum begitu merajalela. Era ketika kata 'coolness' pada musik begitu terasa efeknya dan apa adanya, itu menurut saya, yah. 

Dan reuni band-band tersebut bisa jadi adalah hal yang baik dan bermanfaat. Mari kita bersyukur dan berharap ada yang bisa nyasar ke negeri ini :P




Negative Lovers on 10'!

.58 Loves Me - 10'
Akhirnya Negative Lovers merilis vinyl single 10' bertitel salah satu single mereka, berjudul .58 Loves Me. Berisi dua lagu, salah satunya lagu b-side berjudul Flooded Eye. Vinyl ini sudah sampai di Indonesia dan siap dipasarkan via beberapa toko musik dan vinyl. Harga dan kapan mulai bisa dibeli bisa kontak dan lihat informasi di laman fesbuk band ini di Negative Lovers. Ayo dibeli!

Review blog ini dari kedua lagu tersebut:
http://indonesianshoegazer.blogspot.com/2013/04/negative-lovers-flooded-eye-new-single.html
http://indonesianshoegazer.blogspot.com/2013/02/negative-lovers-38-loves-me-single.html


Sabtu, 08 Juni 2013

Roommate - Megumi on Fire (Single)

Empat anak muda dari kota kecil menjadi riak anomali di kota mereka. Band mereka, Roommate, baru saja merilis single dreampop shoegaze berjudul Megumi on Fire. 

Roommate
Jujur, tak terlintas di benak ada sebuah band dreampop/shoegaze (purely) bisa muncul dari sebuah kota kecil bernama Probolinggo, Jawa Timur. Bukan merendahkan, hanya saja mungkin sedikit naif saja ketika dunia maya telah menghapus batasan bagi siapapun untuk menikmati musik. Roommate, band asal kota tersebut, membuka mata bahwa ada sebuah gerakan musik yang meruang.

Roomate dihuni oleh Dadik (gitar), Fian (bas), Hafis (drum), dan Ganda (vokal). Teman sepermainan sejak SD, berempat merilis  Megumi on Fire. Ketika mulai banyak band yang meramu musik ethereal dengan sedikit elemen post rock (imho, kalau tidak cermat malah mengganggu), di lagu ini, Roommate tampak nyaman dengan formula  dari band-band yang mereka idolai, seperti Slowdive, M83, dan Sharesprings. Hasilnya, Megumi on Fire begitu simpel namun tetap keren. Tekstur sonic sounds dan ethereal-nya terasa di lagu ini.

Penasaran dan ingin mengunduh lagu tersebut? Silahkan ke page soundcloud mereka di pranala link dibawah ini!
Roommate - Megumi on Fire

laman facebook:
Roommate
twitter:
ROOMMATE_id

Selasa, 14 Mei 2013

Perfect Angel - Wishes

Band asal Bandung ini memilih vakum tanpa batas waktu. Meninggalkan beberapa singel yang terserak di blog ini, Myspace, dan kompilasi label Jepang. Dan muncul link lagu berjudul Wishes hadir di fesbuk. 

Perfect Angel
Jelang makan siang, saya tergelitik untuk mengecek sebuah link lagu dari seorang rekan pendiri Perfect Angel, Arief Norman. Judulnya Wishes, sebuah materi yang ngumpet di laci-laci folder komputer milik pria bergitar kebisingan sonik ini. Wow, jujur, band ini salah satu favorit saya di Bandung, untuk urusan shoegazing sounds. Full of sonic, modulasi, dan fuzziness, kira-kira begitu penerawangan saya dari kontur lagu ini.

Sensasi khas 90's? Sudah pasti, its a bit Sarah's, but from the labels shoegazing legion bands. More intense, but cool as fuck. Materi ini sebenarnya sudah nongol di laman Myspace mereka. Well, lagu ini patut didengarkan siapapun yang mau berkenalan lebih intim dengan genre kesukaan kita semua ini. Dan saya berharap band ini sebaiknya mulai berpikir ulang untuk soal vakum itu. My wishes...

just listen it:
https://soundcloud.com/ariefnorman/wishes-perfect-angel

Rabu, 24 April 2013

Negative Lovers - Flooded Eye (New Single)

Negative Lovers kembali merilis sebuah singel terbaru berjudul Flooded Eye. Nihilisme, trance, dan ekstasi dosis berlebih untuk setiap pendengarnya.


Band ini sempat memancing perhatian saya pada saat era Myspace. Ketika masih bernama Denial, musiknya memang meracik resep musik serba reverb dan fuzz, serba noisy pop khas JMC. Beberapa tahun kemudian, band ini kembali muncul dengan nama berbeda, dan kemasan musik yang lebih heavy, namun bit soft and druggy. Single perdana mereka (bisa dilihat di link ini dan ada unduhannya) , berjudul .38 Loves Me, menjadi kejutan menyenangkan.

Dan kini sebuah singel terbaru berjudul Flooded Eye bikin sore hari saya tampak 'oke' setelah diberi kabar oleh Beben tentang lagu gress ini. Lagi-lagi lagunya sangat druggy, dan buat skena lokal, belum ada sepertinya band yang berani di wilayah musik ini, shoegazy dan nihilistik, seperti yang dilakukan para dedengkot seperti Spectrum, Spacemen 3, ataupun Loop.

Kerennya lagi, Negative Lovers akan segera merilis album perdana mereka pada bulan Juni. Namun rilisan vinyl akan dirilis, berukuran 10' dan dibawah label Picture in My Ear. Mau dengar, lagu terbaru mereka Flooded Eye, via link di bawah ini, silahkan!!

http://pictureinmyearrecords.bandcamp.com/album/negative-lovers-38-loves-me-10

Sabtu, 16 Maret 2013

Breaking News: Deardarkhead Noticed the Blog!



I know it sound cheesy, but i just can't help to post the news :)) damn, Deardarkhead, a legendary shoegazing band from US, tweeted about a blog who compared a local shoegaze band named Cotswolds with them. Cool as "F"!

Jadi follow saja DDH di @deardarkhead

Senin, 04 Maret 2013

Cotswolds - S/T EP

Satu lagi riak dari wilayah Jawa Timur setelah Intenna, band bernama Cotswolds. Dihuni empat arek Suroboyo, dengan suguhan empat lagu demo siap diunduh.


Salah satu rekan berinisial NI menyapa dan memberikan link bandcamp dari Cotswolds. Band yang didirikan pada tahun 2012 ini, pada laman bandcamp mereka menjelaskan pengaruh musik mereka berangkat dari era 70-an dan 90-an. Personilnya sendiri terdiri dari Windrata Faizal (vokal, gitar), Farras Fauzi (drum), Dwiki Putra (gitar), dan Wing Wisesa (bas).

Keempat lagu mereka menarik. Tipikal band-band obscured era akhir 80-an, semacam Deardarkhead dan sejenisnya. Namun beatnya khas post punk. European Ocean, bisa jadi contoh, dikemas dengan vokal yang semerbak wangi reverb. Lagu Fire lebih kerasa banget, begitu juga Plasticity. Keseluruhan, EP yang baik dan patut dinikmati dari skena Surabaya, lebih variatif dan tak melulu harus modulasi. Fuzz dan reverb.

Segera download di Cotswolds EP

Senin, 11 Februari 2013

Negative Lovers - .38 Loves Me (Single)

Setelah begitu lama, band yang dahulu dikenal dengan nama Denial, Negative Lovers meluncurkan sebuah singel terbaru. A brand new sound full of ecstasy, spacey, and druggy.. 


Dahulu orang-orang mengenal band ini dengan nama Denial. Dan ketika band yang dihuni Toni Setiadji (gitar, vokal), Benedict Pardede (gitar), Yoga Indrista (drum), dan Respati Nugroho (basis) tampil di acara empat tahun lalu, Tribute to 90s Shoegaze dengan membawakan lagu-lagu Jesus and Mary Chain, nama Negative Lovers yang dipakai.

Kepikiran kalau nama Negative Lovers ini hanyalah sebuah nama lain dari Denial yang tak akan diseriusi. Well, salah, baru-baru ini Toni cs. merilis sebuah lagu berjudul .38 Loves Me, sebuah lagu yang keren banget. Di lagu ini, Negative Lovers tampak lebih gelap dan intens. DNA dari karakter sound yang telah dirintis oleh band-band noise lawas semacam Spacemen 3, JMC, dan Spectrum, kentara sekali. Full of sonic sound and spacey.

Dan saya pikir, akhirnya ada juga band seperti ini di skena lokal. Semoga saja mereka bisa merilis sebuah EP atau album di tahun ini. Bersegeralah untuk mengunduh lagu .38 Loves Me via link dibawah ini!

Negative Lovers - .38 Loves Me


My Bloody Valentine, Live Japan 2013. A Confession of Their Beautiful Noise..


Fathan Goenandar, gitaris band shoegaze bandung Avenue, begitu beruntungnya bisa menyaksikan secara langsung, My Bloody Valentine beraksi di atas panggung. Pengalaman luar biasa yang memekakkan kedua telinganya di negeri sushi ini. Damn..envy so bad :))


 "You made me realise that you were great !!"

Itulah kata-kata yang bisa saya katakan setelah menonton My Bloody Valentine. Mimpi saya mendengarkan live dua puluh menit 'noise session' dari lagu You Made Me Realize, akhirnya menjadi kenyataan. Harsh noise yang dahsyat dan saya pun memutuskan tidak mengenakan ear plug saat itu. Walaupun saya harus merelakan kuping saya sakit sampai hari ini. Ok, saya tidak akan membahas bagaimana noise session nya, saya akan coba bercerita pengelaman menarik saya menonton My Bloody Valentine Japan Tour 2013 Sunday February 10th 2013 Extra Stage Tokyo. ---- Fathan (Avenue)

Berburu Tiket

Sekitar bulan Agustus 2012, teman saya yang huge-fans of My Bloody Valentine, memberi tahu tentang kabar MBV akan tour ke Jepang. Wow! Saya sangat beruntung secara saya tinggal di Tokyo dan pastinya band shoegaze lawas ini bakal mampir di ibukota Jepang untuk rangkaian turnya. Saya pun tidak tahu pre-sale ticket ternyata sudah dijual berbulan-bulan sebelumnya. Saya pikir sebulan sebelumnya pun tiket mungkin masih tersedia, tetapi dugaan saya salah besar. 

Pada bulan Oktober, kami berdua berencana untuk menonton MBV dengan membeli 2 tiket pada hari yang yang sama. Tetapi tiket yang dijual pada hari jumat dan sabtu sold out, (walaupun pre-sale) what the hell!! maji ka yo!! Kecewa banget karena terlambat membeli pre-sale tiket. Saya sendiri tidak menyangka band indie model MBV bisa menyedot antuasiasme orang jepang seperti ini. Kalau Lady Gaga atau Bruno Mars tentu masuk akal

Seminggu kemudian, Smash (promotornya) menambah satu extra stage untuk hari minggu. Lucky! Tiket akan dijual hanya di salah satu toko di mall Parco, Shibuya. Berencana akan membelinya hari itu setelah pulang kantor. Datang tepat 10 menit sebelum toko itu ditutup, dan ternyata sudah sold out selang sejam boks tiket dibuka. Oh shit, band macam apa MBV ini? Ok sekarang saya beranggapan MBV setara dengan ketenaran Lady Gaga Lol! Atau terlalu banyak calo yang memborongnya. 

Whatever, I must watch this phenomenal band! Dengan terpaksa saya mencari calo tiket. Sesuai perkiraan tiket banyak dijual di yahoo auction Jepang. Dengan harga yang beragam. Harga asli semua jenis tiket adalah 8.000 yen  (sekitar 800 ribu dengan kurs Rp 100), tetapi harga yang dijual di yahoo berkisar 10.000 untuk all standing ticket sampai untuk reserved-seat ticket  25.000 yen!! Akhirnya, saya membeli tiket untuk dua orang seharga 13.500 yen. Itu pun hanya tersedia untuk hari minggu yaitu extra stage concert. 

Nevermind, finally i got it!! Sayangnya teman saya membatalkan untuk menonton MBV yang sudah direncanakan jauh-jauh hari dengan alasan memilih konser di Australia. Dan 1 tiket pun menganggur. Dengan terpaksa saya menjual lagi di internet, mulai dari craiglist, facebook dan yahoo auction. Ehm, merasa rugi karena mendapat kan tiket harga hampir 2X lipat saya pun memutuskan menjual nya kembali dengan harga yang lebih mahal. Sesuai perkiraan, bulan desember saya berhasil menjual nya dengan harga 15.000 yen (sekitar Rp 1.500.000), he he he..
           
Awal bulan Februari kebetulan juga ada kabar tentang rilis album baru MBV. Wow, after 22 years, finally they will release new stuff!! ha ha ha, insane. And… i download it (illegaly) :p. Cukup kaget, saya berpikir kepuasan mendengar materi di album berjudul 'M B V' ini hanya bisa dirasakan pada saat menonton live. Sound pada album itu akan hidup dengan sound system yang dahsyat. Saya sangat berharap mereka membawakan lagu di album barunya, terutama lagu dengan “on the plane sounds”,  Wonder 2. Dan saya merasa perlu membeli cdnya sebagai bukti fisik fans MBV. Lol

The Day has Come!

Tidak terasa tanggal sudah 10 februari dengan cuaca di Tokyo berkisar 1 – 9 derajat celcius. Saya pun memeriksa tiket saya, tidak lupa membawa glove dan scarf. Gate dibuka jam 5 sore, perjalanan dari rumah ke Shinkiba, tempat lokasi event, sekitar 1 jam via kereta. Saya berencana pergi jam 4 sore, tetapi satu dan lain hal saya telat 30 menit (standar orang Indonesia lol). 

Sampai di stasiun Shinkiba sekitar pukul 5.30. Saya pun bergegas jalan ke Studio Coast (sekitar 10 menit ). Seperti biasa selalu ada wanita-wanita jepang yang nangkring berharap mendapat kan tiket gratis dengan membawa kertas dengan ber tulisan マイブラチケットゆずって下さい artinya, 'minta tiket Maibura (sebutan untuk My Bloody Valentine)'. 

Sayang saya tidak sempat mengambil fotonya karena buru-buru. Sekitar 50 meter dari venue terdapat calo-calo yang bersedia membeli kelebihan tiket. Lalu tibalah di depan gate bersama segerombolan orang yang sudah menanti sambil merokok dan minum bir. Saya pun dengan santai merokok dan mengambil beberapa foto. Sepuluh menit sebelum acara berlangsung saya menyempatkan diri membeli kaos MBV yang di jual dengan berbagai macam design.   

Berbagai macam design kaos dan sweater MBV. Damn nge-blur.

Lalu dengan kocek 3.500 yen, saya memilih kaos dengan design simpel bertuliskan MBV.

Berbekal tiket, saya beranjak ke antrian pintu masuk venue yang memuat kapasitas 2400 orang saja. Informasi tambahan, konser MBV di Tokyo dihelatkan sebanyak tiga hari berturut-turut loh. Hemmm...  di area acara ternyata saya kudu membayar 500 yen ditukar dengan drink ticket beer yang sudah disiapkan panitia. Okelah, memilih untuk tidak menukarkan dengan beer, saya langsung berlari mencari tempat bagus untuk menonton mereka. Kali ini saya memang tidak berniat menonton paling depan, saya memilih untuk bisa mendengarkan sound yang baik dengan bisa melihat jelas semua personil, yaitu di tangga belakang. Yups untung saja masih ada tangga yang tersedia di barisan belakang. Dan tentunya semua orang berdiri.

Stage Set


Pukul 18.10, mereka pun memasuki stage dan seluruh penonton yang sudah menanti lama bertepuk tangan. Menonton konser di Jepang, jangan harap akan ricuh dan seru dengan teriakan histeris penonton. Kecuali kalo menonton di festival seperti Fuji Rock atau Summer Sonic. Belinda Butcher yang memakai setelan baju hitam hitam langsung menjadi pusat perhatian penonton. Masih terlihat “segar” dan “sexy” seperti di vidioklip Soon, ha ha ha . 

Tanpa basa basi, lagu  “I only Said” dimainkan. Sound gitar dengan sekitar 8 ampli dan 7 head untuk Kevin Shield; 3 ampli dengan 2 head untuk Belinda; dan 2 ampli dan 2 head untuk Debbie Googe (basis), betul-betul memecahkan keheningan suasana. Lagu berikutnya, When You Sleep. Setelah lagu ini barulah penonton mulai berani meneriakan nama-nama mereka, dan semua serentak meneriakan “Belinda”, dan Belinda pun menjawab “hello" --- ...aduhay :p - editor

Next song from new album. "New You" dimana sound gitar Kevin Shields sangat luar biasa, layers gitarnya bertekstur sangat indah. Lebih keren daripada di albumnya! "You Never Should" menjadi lagu kempat yang dibawakan. Lagu kelima, salah satu track fave saya dari tremolo EP “Honey Power”. Lagi-lagi, penonton mulai histeris meneriakan nama Belinda berkali-kali, dijawab dengan senyum Belinda oh damn so sweet ha ha. 

Oh ya, di setiap pergantian lagu, Kevin dan Belinda selalu mengganti gitar mereka. Kevin Shield dengan Jazzmaster, dan Belinda kadang-kadang dengan bergantian antara Jazzmaster dan Jaguar. Gitar Belinda selalu berwarna glitter, tentu saja menambah pesonanya sebagai gitaris yang “pemalu”. Gitar akustik pun dimainkan oleh Kevin untuk lagu "Cigarette in Your Bed". Gitar Jazzmaster kembali di tangan Kevin Shields untuk lagu "Come in Alone". Pada jeda lagu terakhirnya Kevin menyempatkan tuk berucap, “hello, this is our last gig in Tokyo”, dan pukulan ripple snare Colm membuka sebuah lagu klasik berjudul "Only Shallow".     

Aihh.. Belinda pun berkata “thank you, thank you for coming” Yeahhhhhhh.. Senang sekali mendengarnya. Kevin sempat kebingungan karena suara gitarnya tidak keluar, dan hanya noise atau mungkin loop nya yang terdengar. Bisa dibayangkan line rig effect-nya pasti rumit sekali ha ha ha. Setelah bertanya kepada kru dan  soundnya kembali normal, lagu "Thorn" ditampilkan apik. Selang lima detik, "Nothing Much to Lose". Lagu ini menjadi penampilan favorit saya, dimana Debbie Googe sangat atraktif dan energik. Sound bass-nya sangat terasa menggelegar! Meski bagi saya di lagu ini, sound yang dihasilkan kurang maksimal, but, they were still amazing.

Berikutnya, alunan feedback guitar Kevin mengalir dan membuka sebuah lagu gundah paling dinanti, "To Here Knows When". Kombinasi sempurna antara sound gitar, loops, dan suara desahan merdu Belinda. Dan setelahnya dari EP you made me realise “Slow”. Di lagu ini gitar Kevin lebih terdengar warm daripada di albumnya. Sepertinya inilah lagu yang paling ditunggu oleh para pembeli tiket. Setelah terdengar loops drum dari “Soon”, para penonton langsung bersorak dan tepuk tangan. Semua orang menggoyangkan badan dan seolah ingin berdansa. 

Seperti biasa setelah berganti gitar dan feedback pun terdengar, this is the most harsh song that I should dance, kami dihajar dengan lagu “Feed Me With Your Kiss”. Tapi jangan harap bisa joged ala punk rock konser di Jepang, kita hanya bisa menggerakan badan sekedarnya. Bagi mereka, konser mahal untuk didengarkan dan dinikmati. Masalahnya, bagi saya  pogo dancing merupakan cara untuk menikmati konser ha ha ha. Yeah this is japan. Shouganai. Saya pun hanya menggoyangkan badan dan kepala.

Bisingnya You Made Me Realise


Kelar lagu diatas, sang penabuh drum Colm Coisog langsung memberikan aba-aba untuk sebuah lagu sinting berjudul "You Made Me Realise". Dan pas segmen noise session, sangat dahsyat. Harsh noise yang menurut saya cukup berstruktur, 5 menit pertama disuguhi dengan low-mid bass noise yang terasa seperti ditancapkan pelan-pelan ke kepala kita. Terasa sekali sound system mulai naik ke frequensi middle, fuzz dan octave terasa jelas dan terasa segala isi dari dalam otak saya  seperti diblender ha ha ha. Seolah mendengarkan merzbow live menggunakan guitar. Tekstur soundnya memang monoton, tetapi sound yang dihasilkannya sangat “blended”. Setelah 10 menit pitch mulai terasa dan memekakan telinga, cymbal yang terus dipukul oleh colm sampai tidak terdengar. Gain pun sepertinya dinaikan beberapa desibel. Yang menarik olah tata lampu  dan visualisasi yang terus berubah semakin menambah atmosfir keriuhan noise di lagu ini.

Puncaknya, tsunami gelombang noise terdengar begitu jelas dan sangat kencang sekali. Terkadang frekuensi tinggi begitu terdengar dan memekakan telinga, sampai tidak sadar saya terus menggoyangkan badan mendengarkan noise session ini. Kerennya, tanpa aba-aba, langsung kembali masuk ke badan lagu. Lagu ini pun menjadi penutup konser.

Di akhir konser, Kevin melambaikan tangan dan dari gerakan mulutnya berkata “thank you”. Tidak ada encore dan selesai. Thats it... Damn!! Sepertinya saya ingin terus berada disana dan masih ingin terus mendengarkan 10 lagu lagi sampai puas. Tapi dengan ini saya harus merasa 'cukup puas'.   

"See you again Kevin, Belinda, Debbie, Colm. We wish you come to Indonesia"

Itulah kalimat yang sangat ingin saya sampaikan ke mereka. Apabila mereka konser di tanah air, saya akan pogo dancing dengan bebas. Ha ha ha ---- sepakat, than! :)). Setelah selesai rasa haus pun tak terelakkan, saya beranjak pergi menuju antrian penukaran drink ticket dengan sekaleng Heineken Beer. 

Selagi mengantri saya teringat pamflet MBV Japan Tour tertempel di beberapa dinding. Saya ingin mencabutnya dan membawa pulang. Kebanyakan penonton sekadar mengambil foto dari pamflet itu. Hemmm, sayangnya, sedikit demi sedikit telah dicabut. Damn, karena saya masih mengantri beer, hanya bisa melihat pamflet yang terus menerus di cabut oleh para fans MBV. Dan begitu pula salah satu tempat pamflet yang di tempel di luar gedung. Saya telat beberapa detik dengan para Oneesan (Japanese women) yang sedang menggulung pamphlet tersebut. 

Yah sudahlah memang bukan rezekinya. Yang membuat saya kagum, para penonton MBV bukan hanya kalangan anak muda, tetapi orang tua yang menurut saya berumur 40 tahunan, bahkan ibu-ibu. Mungkin mereka memang penggemar setia MBV dari jaman 90-an. Dan juga para wanita-wanita yang sering saya lihat datang bergerombol. Persentasi wanita dan laki-kali mungkin 50:50. Sangat wajar apabila tiket langsung sold out dalam waktu beberapa jam.

Well, terima kasih untuk Fauzi Rahman dengan semua informasi tentang MBV di Jepang. Peter yang memberikan saya kesempatan untuk mengisi di blog ini. Thanks Pete, kangen gue manggung lagi bareng band Avenue yang sudah menjadi bagian hidup dalam bershoegaze ria ---- ha ha ha buruan balik, ntar kita bikin acara lagi :))

(Ditulis oleh Fathan Goenandar)
------------------------------------------------

My Bloody Valentine Japan Tour 2013
Extra Stage February 10th @ Studio Coast Shinkiba, Tokyo
Set List
1.    I Only Said 
2.    When You Sleep 
3.    New You 
4.    You Never Should 
5.    Honey Power 
7.    Come In Alone 
8.    Only Shallow 
9.    Thorn 
12. Slow 
13. Soon 


Note: rekaman Audio bakal di upload dalam waktu dekat. Maaf direkam dengan iphone didalam saku celana, jadi kualitasnya sangat jelek.


Fathan Goenandar

Minggu, 27 Januari 2013

Album Terbaru My Bloody Valentine?! Tiga Hari Lagi!!



Okey, entah dia hanya bergurau atau betul-betul serius menjawabnya. Sebuah pertanyaan yang bisa dibilang telah menjadi sebuah enigma atau mungkin mitos dari sebuah band yang juga penuh misteri, sebuah album terbaru My Blood Valentine. Dua dekade lamanya, MBV menghilang setelah merilis album Loveless, sebuah album yang bisa disebut sempat menjadi anomali dari tekstur musik alternatif di era 90-an.

Di sela-sela pentas pemanasan di Electric Brixton, Kevin Shields menjawab pertanyaan dari penonton tentang kapan album terbaru MBV akan keluar. Dan dia menjawab, 'maybe in two or three days'

So, kengkawan semuanya, apapun itu, bersiaplah dengan sebuah album terbaru MBV. Penantian selama 21 tahun lamanya akan terbayar, dan apapun dan keren atau tidaknya album itu, i dont give a fuckin care, its MBV, dude!! 

#klik pranala youtube diatas!
-----------------------------
#klik pranala youtube dibawah ini untuk mendengar sebuah materi terbaru MBV, bertitel sementara 'Rough Song'!!!